AUSTRALIA Utara menawarkan beragam destinasi wisata, mulai dari alam, budaya, hingga flora dan fauna. Salah satunya Taman Nasional Litchfield. Hutannya yang rindang, beberapa air terjun yang spektakuler, kolam rendam yang berkilau, dan istana rayap yang menjulang tinggi menjadi tujuan wisata yang semakin populer. Taman nasional ini dapat ditempuh dengan berkendara selama dua jam dari pusat Kota Darwin.
Semua obyek wisata alam yang utama, seperti Buley Rockhole dan Air Terjun Florence, Air Terjun Tolmer, dan Air Terjun Wangi yang fantastis, dapat diakses dengan mudah dari jalan utama Litchfield. Sejumlah wisatawan sangat menikmati berenang dan bermain di air yang jernih kehijauan di bawah air terjun yang dikitari tetumbuhan.
Rute utama menuju Taman Nasional Litchfield adalah jalan raya beraspal Stuart Highway, melalui Batchelor, kota kecil yang menjadi gerbang ke taman nasional. Dalam Familiarisation Trip Darwin bersama AirAsia pada 8-12 Juli lalu, kami tujuh wartawan dari Indonesia melihat langsung keindahan air terjun di sana.
Pertama, Air Terjun Tolmer yang bergemuruh melewati dua tebing yang terjal. Dalam perjalanan menuju ke Air Terjun Tolmer ada pemandangan indah lembah-lembah yang terbentang dengan bentang alam menakjubkan. Selain itu, kami juga mengikuti jalur jalan kaki melintasi batu pasir berwarna coklat kemerahan. Di bawah air terjun terlihat air bening kehijauan.
Dari Air Terjun Tolmer, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Wangi, air terjun paling besar dan paling mudah diakses di Litchfield. Banyak wisatawan yang berenang di kolam rendam sedalam sekitar 3 meter ini.
Suara tawa pecah tatkala sekelompok wisatawan perang ciprat-cipratan air, layaknya anak-anak bermain. Bahkan, satu di antaranya ada yang tubuhnya diangkat beramai-ramai membentuk formasi. Saat ada yang terjatuh, tawa pun kembali menggema.
Beberapa wisatawan yang pemberani naik ke tebing terjal lalu bergantian meloncat ke bawah sambil bersalto atau jungkir balik di udara. Sebagian melompat begitu saja dari ketinggian 4-5 meter. Mereka sangat menikmati kesegaran air di kolam rendam. Sebagian lagi pengunjung menikmati guyuran air di bawah air terjun.
Di sekitar air terjun kami melintasi rimbunan pepohonan. Kawanan kelelawar buah ukuran besar (di Jawa disebut kalong) bergelantungan di pohon, tertidur lelap. Kami ke anjungan, tempat yang pas untuk mengambil gambar keindahan air terjun dan hiruk-pikuk wisatawan.
Di Kompleks Air Terjun Wangi, pengunjung tidak saja bisa melihat keindahan alam, tetapi juga bisa menikmati burger dan cake di kafe yang tersedia. Harganya 6 dollar sampai 13 dollar Australia. Semilir angin dan rasa haus serta lapar membuat makanan itu terasa begitu nikmat.
Satu air terjun lagi yang tak kalah indahnya adalah Air Terjun Florence. Kesannya seperti melihat air terjun kembar. Sejumlah wisatawan di kawasan ini berenang di bawah dua arus pancuran dan mengapung di air. Mereka berenang dalam kolam-kolam air sebening kristal di dasar Air Terjun Florence, tetapi jumlahnya tidak sebanyak di Air Terjun Wangi. Sebagian lagi menjelajahi padang semak melintasi hutan hujan Monsun menuju Walker Creek di sekitar air terjun. Di jalur jalan kaki sejauh 1,5 kilometer menuju Buley Rockhole ini ada serangkaian spa alam dan kolam rendam yang dikitari padang semak nan sunyi.
Danau bekas tambang uranium
Selain air terjun, di Australia juga banyak danau. Salah satu danau tergolong unik karena terbentuk di bekas tambang uranium, yang diberi nama Danau Rum Jungle. Danau ini terletak di Australia Utara, sekitar 65 kilometer arah barat daya Darwin. Posisi danau ini sebelum pintu masuk Taman Nasional Litchfield.
Secara fisik, danau ini tidak menarik, tetapi secara historis memiliki nilai tersendiri. Menurut pemandu tur kami, Anne Korry, Danau Rum Jungle pada tahun 1950-an sangat populer. Tempat yang sekarang menjadi danau ini dulunya merupakan lokasi penambangan uranium yang dibuka pada tahun 1949. Saat itu, Rum Jungle menjadi lokasi penambangan terbesar di Australia.
Pada 1971, kontraktor penambangan dan pemerintah tidak menyadari terjadinya pergeseran siklus Muson. Ketika itu terjadi hujan lebat selama berhari-hari. Lokasi penambangan yang dekat dengan Sungai Finnis itu terendam air, banjir. Alat-alat pengeruk bahan tambang dan sejumlah kendaraan tak dapat diselamatkan.
Situs uranium yang masih menganga setelah dikeruk dan belum sempat diambil kandungannya terendam dan larut di air. Badan Energi dan Atom Australia dan kontraktor yang menggarap pertambangan menolak merehabilitasi lingkungan.
Upaya menetralkan kandungan radioaktif baru dilakukan pada 1977, setelah adanya penyebaran radiasi di Sungai Finnis dan dinyatakan sebagai bencana polusi terbesar di Australia. Upaya pembersihan bahan radioaktif belum selesai seluruhnya.
Sejumlah penelitian secara periodik menyebutkan masih ada kandungan Gamma di air Danau Rum Jungle. Rum Jungle populer sebagai satu-satunya perairan di Darwin yang tidak menjadi sarang bermukimnya buaya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar